PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
PENGARUH
BUDAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Budaya
mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol yang mempunyai
makna, yang membantu individu berkomunikasi, memberikan tafsiran serta
melakukan evaluasi. Budaya tidak hanya bersifat naluriah saja, namun budaya
memberikan dampak pada perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat.
Beberapa sikap dan perilaku yang dipengaruhi budaya, meliputi : (James
Engel,2002 :70).
a. Rasa dan ruang
|
b. Komunikasi dan bahasa
|
c. Pakaian, penampilan
|
d. Makanan dan kebiasaan makan
|
e. Waktu
|
f. Hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah, dsbnya)
|
g. Nilai dan norma
|
h. Kepercayaan dan sikap
|
i. Proses mental dan pembelajaran
|
j. Kebiasaan kerja
|
Budaya
meliputi 2 (dua) hal penting, yaitu :
1. Makro budaya Merupakan seperangkat
nilai dan simbol yang berlaku pada keseluruhan masyarakat. Masyarakat mengacu
pada sistem sosial yang lebih besar dan bersifat kompleks, namun terorganisasi
denganbaik
2. Mikro Budaya Mengacu pada seperangkat
nilai dan simbol dari kelompok yang lebih terbatas, misalnya kelompok agama,
etnis atau sub bagian dari keseluruhan. Pada umumnya mikro budaya seringkali
disebut sebagai sub budaya, namun agar tidak terjadi inferioritas, maka
digunakan istilah sub budaya.
Budaya
mencakup elemen abstrak dan materiil, elemen abstrak mencakup nilai, sikap,
gagasan, tipe kepribadian, gagasan, serta agama. Sedangkan, komponen materiil
mencakup benda benda seperti buku, komputer, peralatan, gedung, dsbnya.
Konsumen
mendapatkan nilai nilai budaya karena budaya merupakan sesuatu yang bisa
dipelajari, saat manusia lahir ia belajar tentang norma yang berada
dilingkungannya, yang dilakukan dengan cara peniruan (imitation) atau dengan
mengamati proses yang terjadi didalam masyarakat. Pada saat akan membuat perencanaan
iklan perlu diketahui pula nilai nilai budaya yang dianut oleh konsumen,
misalnya tentang cara berpakaian, selera makanan, cara mereka menghabiskan
waktu luang, dsbnya.
Budaya
selalu ditanamkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, terutama dilakukan
melalui lembaga seperti keluarga, pendidikan,agama, dan sekolah. Sehingga,
nilai-nilai budaya yang ditanamkan sejak kecil melalui keluarga, akan tertanam
dalam individu sejak kecil hingga dewasa, meskipun nilai nilai budaya juga bisa
ditanamkan melalui pendidikan, dimana pendidikan sebagai proses belajar dan
transfer ilmu juga dipakai untuk mengenalkan budaya kepada individu. Individu
mengenal budaya dari sejak sekolah dasar, dan diajarkan untuk mencintai budaya
yang ada, sehingga peran budaya ini akan terbawa dalam sikap dan perilaku
konsumen.
Budaya
senantiasa berkemband dan budaya menjadi sebuah entitas (entity), dimana budaya
merupakan entitas yang melayani manusia dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
biologis dan sosial dasar dari masyarakat.
Budaya
bersifat adaptif, dimana strategi pemasaran yang didasarkan pada nilai-nilai
masyarakat harus bersifat adaptif. Budaya beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi didalam masyarakat, sehingga untuk mengenali trend yang ada didalam
masyarakat serta menciptakan strategi pemasaran yang tepat, harus mengacu pada
nilai budaya yang ada dalam masyarakat, karena hal-hal yang terjadi didlam
masyarakat bisa saja kontroversial tetapi dengan adanya budaya, maka perubahan
yang terjadi didalam masyarakat dapat diprediksi dengan menggunakan budaya
setempat.
Nilai
budaya yang dianut di Amerika
Di Amerika
nilai budaya yang terjadi didalam masyarakat di Amerika dapat diamati. Adapun
nilai yang dianut di Amerika, adalah :
1. Kesejahteraan Materiil Orang Amerika
menyukai hal-hal yang bersifat modern,kepraktisan dan kenyamanan.
2. Tafsiran Moral Ganda Orang Amerika
percaya akan moralitas yang terpolarisasi. Penilaian ganda yang dimaksud legal
ilegal, sekuler sakral.
3. Bekerja lebih penting daripada bermain
Bekerja merupakan hal yang penting, seseorang dianggap maju dan memberikan
kontribusi kepada masyarakat. Sedangkan, bermain dan bersenang-senang lebih
dihubungkan dengan perilaku yang tidak serius, kesenangan dan anak-anak.
4. Waktu adalah uang Pandangan Orang Amerika
mengenai waktu berhubungan erat dengan nilai-nilai inti Amerika. Kerja dibayar
dalam periode waktu yang berhubungan dengan uang. Orang Amerika bekerja selama
8 hinggga 10 jam per haru, bila kerja lebih lama uang yang diperoleh juga
semaikin banyak
5. Upaya, optimisme dan
Kewirausahaan Orang
Amerika percaya harus diidentifikasi dan upaya harus dikerahkan untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan upaya yang tepat dan optmis akan
keberhasilan. Orang amerika percaya bahwa setiap masalah pasti ada pemecahannya.
BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN
1. Pendahuluan
Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah,
budaya digunakan sebagai indikator awal untuk menentukan perilaku konsumen
masyarakat. perusahaan bisa melihat dan menyesuaikan produk dengan budaya masyarakat
trersebut. perilaku konsumen muncul salah satunya karena efek dari budaya
Budaya bisa diartikan sebagai suatu kebiasaan,norma,tata
krama, atau perilaku yang ada dan berkembang di masyarakat. Perilaku konsumen
itu sendiri adalah sebuah kegiatan atau kebiasaan dari konsumen yang bisa
dianalisa dan diamati oleh perusaahaan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Semua orang di dunia ini adalah konsumen. Setiap hari
hidup kita membeli dan mengkonsumsi suatu yang luar biasa berbagai barang dan
jasa. Namun, kita semua memiliki rasa yang berbeda, suka dan tidak suka dan
mengadopsi pola perilaku yang berbeda ketika membuat keputusan pembelian.
Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana kita, sebagai individu dan sebagai
masyarakat, hidup, membeli, dan konsumsi.
Pengaruh eksternal seperti budaya, etnis, dan pengaruh
kelas sosial bagaimana konsumen individu membeli dan menggunakan produk, dan
membantu menjelaskan bagaimana kelompok konsumen berperilaku. Studi budaya
mencakup semua aspek masyarakat seperti agama, pengetahuan, bahasa, hukum,
adat, tradisi, musik, seni, teknologi, pola kerja, produk, dll Budaya adalah
sangat penting dan semua pengaruh meresap dalam hidup kita
Budaya dapat dipelajari melalui cara berikut :
- Formal Learning: orang dewasa dan teman bermain yang lebih tua mengajari enggota keluarga yang lebih muda tentang bagaimana cara berperilaku.
- Informal Learning: Anak belajar dengan meniru perilaku keluarga, teman atau pahlawan TV
- Technical Learning: Sekolah yang mengajarkan apa yang harus dilakukan, kenapa hal itu dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Karakteristik Kebudayaan
- Kenyamanan : karena semakin banyak perempuan yang bergabung dengan angkatan kerja terdapat peningkatan permintaan untuk produk yang membantu meringankan dan meringankan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, dan membuat hidup lebih nyaman. Hal ini tercermin dalam penjualan melonjak dari mesin cuci, microwave, kompor Tekanan, Mixergrinders, pengolah makanan, makanan beku dll
- Pendidikan
- penampilan fisik
- Materialisme : Ada pergeseran yang sangat pasti nilai budaya masyarakat dari spiritualisme terhadap materialisme. Kita menghabiskan uang lebih banyak dari sebelumnya pada produk-produk mengambilnya seperti AC, mobil dll CD player, yang menambah kenyamanan fisik kita serta status.
2. Pembahasan
Kebudayaan merupakan kompleks keseluruhan dimana
dimasukkannya pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan
kemampuan lain apapun serta kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Sifat dari pengaruh budaya adalah sedemikian rupa
sehingga kita jarang sadar mereka. Satu merasa, berperilaku, dan berpikir
seperti anggota lain dari budaya yang sama. Itu semua meresap dan hadir di
mana-mana. Bahan budaya mempengaruhi teknologi dan bagaimana membawa perubahan
kebudayaan seperti penggunaan telepon, ponsel, gaya pakaian dan mode,
memberikan pemasar kesempatan untuk memperbaiki produk, kemasan, dll untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Norma adalah batas bahwa kebudayaan set pada perilaku.
Norma berasal dari nilai-nilai budaya, yang banyak mengatakan keyakinan yang
menentukan apa yang diinginkan dan apa yang tidak. Kebanyakan individu mematuhi
norma-norma karena bersifat alami untuk mematuhinya. Budaya menguraikan norma
bisnis, norma keluarga, norma-norma tingkah laku, dll. Bagaimana kita menyapa
orang, seberapa dekat seseorang harus berdiri kepada orang lain ketika
melakukan bisnis, gaun kita kenakan dan setiap pola perilaku lainnya.
Kebudayaan terus berubah perlahan-lahan dari waktu ke waktu, dan tidak statis.
Perubahan terjadi karena teknologi yang cepat. Dalam keadaan darurat, perang,
atau bencana alam, pemasar dan manajer harus memahami budaya yang ada serta
perubahan budaya dan budaya negara dimana barang tersebut untuk dipasarkan.
Perusahaan-perusahaan besar telah beradaptasi diri dengan budaya internasional
dan diterima secara global
Beberapa aspek dari perlunya perluasan
budaya.
- Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar atau seks, hal tersebut berpengaruh jika, kapan, dan bagaimana dorongan ini akan memberi kepuasan.
- Budaya adalah hal yang diperoleh. Ia nya tidak dimasukkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun, semenjak perilaku manusia dari perilaku.
- Kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Orientasi nilai-lainnya
Merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat
antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh
yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam
keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi
untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang
individualistic. sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk
individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim,
persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika,
Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea,
Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi
mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri
yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya
yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing,
iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh,
konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka
meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya
individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand
out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara
Jepang, Korea, atau Cina.
Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga,
anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa
dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih
bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara
kepulauan fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan
membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang
memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina
memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih
dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi
mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata
lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu
budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata
lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam
memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak
memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa
dikatakan juga bahwasanya pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh
untuk seterusnya pada anak
Maskulin/feminisme
Pada dasarnya kita hidup dalam orientasi dunia maskulin,
disamping Negara Eropa Barat yang menerapkan kesetaraan didalamnya. Tetapi hal
tersebut tidak menjadi suatu pengaruh besar. Seperti contoh pada Negara Jepang,
yang mana pada saat sekarang ini para wanita kembali bekerja setelah ia
menikah. Hal ini menjadikan mereka lebih menghemat waktu terhadap kerjaannya.
Misalnya, dalam memilih makanan, mereka lebih cenderung untuk membeli makanan
beku untuk dibawa anak mereka ketimbang membeli makanan segar yang dalam
membeli serta menyajikannya membuang waktu mereka. Sisi lainnya adalah penampilan
menjadi prioritas mereka dalam bekerja. Untuk itu barang-barang yang
berhubungan dengan penampilan tersebut lebih menjadi suatu kebutuhan bagi
mereka. Disini sekali lagi para pemasar bukan hanya melihat dari lintas budaya
dan nilainya saja, melainkan juga didalam budaya itu sendiri.
Persaingan/Kerjasama
Yang dimaksud disini adalah bagaimana orientasi baik itu
maskulin maupun feminisme dalam keterbukaannya pada konsumen. Pada orientasi
maskulin seperti di Amerika, keterbukaan menjadi suatu hal yang harus
terpelihara. Lain halnya Jepang yang berorientasi feminim, Mereka menganggap
bahwa keterbukaan sama halnya dengan “kehilangan muka”. Variasi dari nilai ini
bisa dilihat dari perbedaan reaksi budaya pada iklan yang dibandingkan. Seperti
contoh Amerika Serikat yang membesarkan hati mereka ketika mereka
menggunakannya didalam budaya lain yang bisa dengan mudahnya mendapatkan reaksi
yang tidak baik. Disisi lainnya, jepang yang memiliki kolektifitas yang lebih
menurut sejarahnya menemukan perbandingan iklan menjadi sesuatu yang tidak
disukai, meskipun demikian Pepsi menemukan anak muda Jepang sedikit lebih mau
menerima jika pembandingan dilakukan dalam keterus-terangan dan cara yang lucu.
Sebagai aturannya, perbandingan iklan dapat digunakan dengan ketelitian dan
hanya sungguh-sungguh telah teruji.
Perbedaan/keseragaman
Budaya dengan nilai yang berbeda tidak hanya akan
menerima aturan yang bergai macam dari perilaku pribadi dan sikap tapi juga
menerima variasi dalam bentuk makanan, pakaian, dan produk lain serta
pelayanannya. Dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki keseragaman nilai,
dimana mereka tidak menyukai serta menerima bermacam aturan dari rasa dan
produk pilihan.
Jepang dan budaya kolektif lainnya cenderung untuk
meletakkan nilai yang kuat dalam keseragaman dan kesesuaian, sebaliknya budaya
individualistik yang lebih seperti Canada dan Belanda cenderung pada nilai
perbedaan. Ketika banyak aspek penting dari budaya ini dibuat oleh perbedaan
dalam nilai, satu yang nyata dengan relative ketiadaannya turis yang berlatar
“etnis” di restoran-restoran Jepang dibandingkan dengan Canada dan Belanda.
Walaupun demikian, perubahan ekonomi dan sosial yang digerakkan oleh usia muda
pada masyarakat kolektifis, membuat perbedaan lebih diterima dibandingkan dengan
hal tradisional yang dijumpai, dan juga jika kecenderungan dari tingkatan yang
mutlak lebih rendah dibandingkan dengan sisi individualistik mereka.
Orientasi nilai-lingkungan
Yakni menentukan hubungan masyarakat dengan ekonomi,
teknis, dan linkungan fisik nya. Contoh dari nilai lingkungan seperti
kebersihan, dayaguna/keadaan, tradisi/perubahan, pengambilan risiko/pengamanan,
pemecahan masalah/fatalistis, dan sifat dasar (alam).
Kebersihan
Ketika adanya perbedaan dalam meletakkan nilai kebersihan
diantara budaya ekonomi berkembang, ada perbedaan yang sangat luas diantara
budaya ini dengan banyak budaya negara kurang berkembang. Di banyak negara
miskin, kebersihan dinilai tidak pada tingkatan yang cukup untuk menghasilkan
lingkungan yang sehat. Hal ini dapat dilihat pada negara Cina dan India, dimana
kebersihan menjadi Sesutu yang begitu mengkhawatirkan. Ketika hal tersebut
menjadi dampak bagi budaya lokal, McDonald’s mendapat penghargaan dengan
memeperkenalkan pengolahan makanan yang higienis dan toilet beberapa pasar Asia
Timur termasuk Cina.
Dayaguna/keadaan
Dayaguna/keadaan lebih dekat hubungannya pada konsep
jarak kekuasaan, dimana menghubungkan pada derajat dimana orang menerima
ketidak sama rataan dalam kekuasaan, otoritas, status, dan kekayaan sebagai
kelaziman atau yang melekat dalam masyarakat. Konsumen di negara dengan jarak
kekuasaan yang tinggi akan lebih suka untuk melihat opini dari orang lain dalam
membuat keputusan. Masyarakat dengan orientasi status lebih suka pada
“kwalitas” atau nama merk yang terkenal dan barang yang harganya mahal untuk
menyamakan fungsi barang dengan merk yang tidak terkenal atau harga yang murah.
Dimana konsumen ditarik oleh rasa gengsi dari merk yang terkenal.
Tradisi/perubahan
Berbeda pada Amerika, konsumen pada tradisi Korea dan
Cina kurang nyaman dengan situasi baru atau cara pemikiran baru. Nilai ini
direfleksikan dalam iklan mereka dimana berbeda pada iklan di Amerika, dimana
di Inggris dan Cina menekankan tradisi dan sejarah. Untuk target pada kerangka
berpikir penonton melalui televisi, daya tarik budaya lebih digunakan. Dalam
target majalah pada orang-orang muda Cina, daya tarik modern yang difokuskan
pada teknologi, mode, dan kesenangan lebih banyak digunakan.
Pengambilan resiko/pengamanan
Nilai ini berhubungan pada toleransi bagi ambuitas dan
menghindari ketidaktentuan. Ia nya memiliki pengaruh yang kuat dalam hubangan
usaha dan perkembangan ekonomi sebagai penerimaan produk baru. Masyarakat
dimana tidak mengagumi adanya pengambilan resiko, tidak suka pada pengembangan
hubungan usaha yang cukup untuk mencapai perubahan dan pertumbuhan ekonomi.
Produk baru yang diperkenalkan, saluran baru dari pendistribusian, dan tema
iklan adalh hal yang mempengaruhi nilai ini.
Pemecahan masalah/fatalistis
Di Karibia, kesulitan atau hal yang tidak dapat
dikendalikan selalu dihilangkan dengan ekspresi “tidak masalah”. Ini biasanya
berarti: “ada suatu masalah, tapi kita tidak tahu apa yang harus dilakukan
terhadap hal tersebut-jadi jangan khawatir!”. Di Eropa Barat dan Amerika cenderung
kearah untuk menyurutkan akhir pemecahan masalah dari rangkaian kesatuannya.
Sedangkan Meksiko dan negara timur tengah menyurutkan kearah akhir yang fatal.
Hal ini ditunjukkan pada mengurangi dugaan konsumen atas kualitas dan
mengurangi kemungkinan dimana konsumen membuat keluhan secara resmi ketika
berhadapan dengan pembelian yang tidak memuaskan.
Alam
Yang dimaksud disini adalah bagaimana negara-negara yang
memproduksi atau mengimpor suatu produk meletakkan nilai tinggi dalam
lingkungan. Seperti negara Inggris yang memiliki gagasan dalam pengurangan
emisi. Dalam peluncuran produknya, mereka lebih menekankan kendaraan yang
memiliki emisi rendah.
Nilai orientasi-diri
Yakni merefleksikan tujuan dan pendekatan pada hidup
dimana anggota individu dari masyarakat menemukan apa yang diinginkan. Disini
termasuk aktif/pasif, kepuasan sensual/pantangan, material/non material, kerja
keras/santai, penundaan kepuasan, kesegeraan kepuasan, dan
keberagamaan/keduniawian.
Aktif/Pasif
Kecenderungan dalam beraktifitas akan mempengaruhi
pemasaran dalam suatu produk. Misalnya tema olahraga bagi kemasan botol tidak
begitu cocok di negara seperti Jepang, dimana dua dari tiga pria dan tiga dari
empat wanita berolahraga kurang dari dua kali dalam setahun.
Kepuasan sensual/pemantangan
Yang dimaksud disini adalah apakah suatu negara
menggunakan daya tarik seks/sensualitas atau apakah memberikan pembatasan pada
iklan yang dibuatnya terhadap sensualitas. Pembatasan terhadap iklan dengan
kesederhanaan lebih terlihat di negara Arab Saudi atau negara-negara timur
tengah. Ini dikarenakan budaya Islam yang sangat konservatif dalam nilai ini.
Material/non material
Ada dua tipe dari materialisme. Intrumen materialism
adalah barang yang diperoleh yang mana memungkinkan untuk dilakukannya sesuatu
hal. Terminal materialism adalah barang yang diperoleh untuk kepentingan dari
apa yang dimiliki oleh benda itu sendiri. Seni secara umum diperoleh dari
kesenangan pada apa yang dimilikinya daripada sebagai harta untuk tujuan lain.
Kerja keras/santai
Dalam hal ini, seorang pemasar harus melihat apakah dalam
suatu negara memiliki lebih nilai kerja dalam aktivitasnya dibandingkan dengan
waktu luang/santai atau sebaliknya. Dengan kata lain, nilai ini mempunyai
konsistensi bagi gaya hidup dan tuntutan untuk aktivitas luang/santai.
Penundaan kepuasan/kesegeraan kepuasan
Orientasi jangka pendek dan orientasi jangka panjang
mempunyai implikasi pada strategi bisnis serta usaha untuk mendorong menabung,
dan juga pada penggunaan kredit.
Seperti contoh,
nilai tujuan bisnis dalam budaya jangka pendek cenderung untuk dimasukkan
kedalam “keuntungan tahun ini” ketika kemudian dalam budaya jangka panjang
dimasukkan kedalam “keuntungan 10 tahun dari sekarang”. Dengan kata lain,
menggunakan kredit merupakan suatu penurunan dalam budaya jangka panjang dimana
tunai dan kartu debit lebih lazim digunakan.
Religi/sekuler atau duniawi
Amerika Serikat relatif sekuler. Banyak budaya Islam dan
juga beberapa budaya katholik lebih banyak berorientasi pada religi. Perbandingannya,
religi bermain dengan peran yang sangat sedikit dalam budaya Cina. Bagaimanapun
juga, Cina memili aktivitas religi didalamnya. Secara garis besarnya pengertian
yang luas dan dan tipe dari yang berhubungan dengan pengaruh religi dalam
budaya pada dasarnya untuk tujuan efektif semua elemen pada campuran pemasaran.
Variasi Kebudayaan Dalam Komunikasi Nonverbal
Perbedaan dalam sistem komunikasi verbal adalah lintas
budaya yang nyata dengan segera dan harus diambil kedalam suatu perhitungan
oleh keinginan pemasar untuk dilakukannya bisnis dalam budaya itu. Mungkin
lebih penting dan bagaimanapun juga tentu saja lebih sulit untuk mengenal
apakah sistem komunikasi nonverbal tersebut. Contoh utama dari variabel
komunikasi nonverbal dimana mempengaruhi pemasar adalah waktu, ruang, simbol,
hubungan, persetujuan, benda, dan etiket.
Waktu
Pengertian dari variasi waktu diantara budaya adalah
dalam dua cara utama. Pertama, apa yang kita sebut perspektif waktu: ini adalah
keseluruhan orientasi terhadap waktu. Kedua, adalah menempatkan interpretasi
pada spesifik waktu yang digunakan.
Perspektif waktu
Ada dua jenis perspektif waktu antara lain;
- Monochromic time perspective yakni orientasi yang kuat kearah sekarang serta waktu jangka pendek. Dan kedua, polychromic time perspective yakni orientasi kearah sekarang dan masa lalu. Arti dalam waktu yang digunakan
- Perspektif yang dipakai akan membuat suatu pengertian yang berbeda dari waktu yang digunakan pada budaya yang berbeda. Seperti di negara yang berorientasi pada monochronic, mereka manganggap bahwa waktu adalah uang. Jadi setiap detik, menit, jam sangat berharga bagi mereka. Begitu sebaliknya pada negara yang berorientasi polichronic, istilah “tetaplah menunggu” menjadi suatu hal yang biasa bagi mereka.
Ruang
Kegunaan orang membuat ruang dan mengartikan apa yang
mereka tempatkan merupakan bentuk kedua dari komunikasi nonverbal. Di Amerika,
“besar adalah lebih baik”, jadi, ruang kantor dalam perusahaan biasanya
dialokasikan sesuai dari pangkat atau wibawa daripada apa yang dibutuhkan.
Hal utama kedua yang digunakan dari ruang adalah ruang
pribadi. Hal ini dimaksudkan agar orang lain bisa datang pada anda dan dalam
situasi apapun tanpa anda merasa tidak nyaman.
Simbol
Di Amerika jika melihat bayi memakai baju warna pink,
maka bayi tersebut di identikkan dengan seorang perempuan. Begitu juga jika
memakai warna biru, maka dapat dipastikan bahwa jenis kelaminnya adalah
laki-laki. Tetapi hal tersebut akan ditanggapi berlainan di negara Belanda.
Warna, gambar binatang, bentuk, angka, dan musik akan memberikan variasi
pengartian dalam lintas budaya. Kegagalan dalam mengenal arti penempatan pada
simbol bisa berakibat pada masalah yang serius. Salah satu contohnya adalah
ketika pebisnis Cina yang bepergian untuk mengelilingi rute pasifik, kebanyakan
mereka terkejut ketika melihat petugas perjalanan wisata tersebut memakai
pakaian putih yang bagi Asia merupakan simbol dari kematian.
Hubungan
Hak dan kewajiban ditentukan oleh hubungan dan
persahabatan yang mana merupakan variabel komunikasi nonverbal lainnya. Bagi
orang-orang Amerika, mereka lebih cenderung untuk menjalin hubungan secara
cepat dan mudah. Hal ini dikarenakan mengingat ketika mereka pergi dari tempat
tersebut, rasa sakit yang mereka dapatkan dari hubungan tersebut akan sedikit.
Berbeda di negara lainnya yang lebih berhati-hati dalam menjalin suatu
hubungan. Hal ini dikarenakan karena mereka ingin mengimplikasikan hubungan
tersebut lebih dalam lagi dan mengekalkan kewajibannya.
Persetujuan
Persetujuan disini yakni bagaimana budaya yang berbeda
melihat hubungan bisnis didalam kedua belah pihak. Seperti contoh pada hubungan
bisnis antara Amerika dan Jepang pada kontrak kesepakatan yang dilakukan. Bagi
Amerika, mereka hanya melihat atau fokus pada bisnisnya sedangkan bagi Jepang
tidak cukup hanya disitu, melainkan juga pada pengenalan lebih dekat dan jauh
lagi dari hubungan bisnis tersebut.
Benda
Pengartian budaya terhadap benda pada pola pembelian
adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka atau dengan kata lainnya adalah “hadiah”.
Dalam beberapa budaya, pemberian hadiah dilakukan dalam beberapa bentuk.
Dinegara Cina pemberian hadiah dilakukan secara rahasia, sedangkan di negara
Arab dilakukan didepan orang yang akan diberikan hadiah. Dan begitu juga
terhadap benda apa yang diberikan sebagai suatu hadiah.
Etiket
Etiket menggambarkan secara umum kebiasaan yang diterima
dari tingkah laku dalam situasi sosial. Seperti contohnya pada iklan dimana di
negara Amerika makan dengan posisi garpu ditangan kanan dan tangan kiri dibawah
meja adalah sesuatu yang sudah biasa, tetapi lain halnya di negara Inggris
dimana posisi garpu berada ditangan kiri dan dan tangan kanan berada diatas
meja.
Contoh kecil ini merupakan dasar bagaimana suatu budaya
yang berbeda melihat etiket dari apa yang diiklankan. Dan bagaimana pula iklan
melihat etikat dari lintas budaya tersebut.
Budaya Global
Isu penting yang dihadapi oleh pemasar adalah perluasan
pada salah satu atau lebih pada budaya global konsumen atau pangsa yang
tergabung. Ada kesan yang memberikan keterangan bahwa ada pergerakan yang
sungguh-sungguh dalam arah ini. Budaya memiliki serta memberikan perangkat dari
simbol hubungan-konsumsi dengan pengertian umum dan sifat diantara anggotanya.
Satu diantara maksud budaya global adalah bahwasanya porsi dari budaya lokal
menggambarkan diri mereka sendiri sebagai kosmopolitan, berpengetahuan banyak,
dan modern. Beberapa individu memberikan banyak nilai dan perilaku hubungan
konsumsi dengan individu yang serupa pada jarak lintas dari budaya bangsa.
Beberapa budaya dikreasikan oleh globalisasi media massa,
kerja, pendidikan, dan wisata. Beberapa kategori produk (telpon genggam,
internet) dan merk (Sony, Nike) menjadi simbol hubungan pada budaya ini. Ini
tidak diimplikasikan bahwa merk ini digunakan pada iklan global yang sama
tetapi melainkan tema pokok dan simbol yang mungkin sama.
Budaya Global Anak Umur Belasan Tahun (ABG)
Para ABG seluruh dunia menonton banyak pertunjukan yang
sama, melihat film dan video yang sama, dan mendengar musik yang sama. Mereka tidak
hanya mengidolakan musisi yang sama, tetapi juga musisinya, baik itu gaya
berpakaian, kelakuan, dan sikap, dimana melengkapi mereka dengan banyak
karakter. Pemasar menggunakan kesamaan ini diantara ABG lintas budaya untuk
meluncurkan merk global. Dengan kata lain, dalam mengiklankan produknya pemasar
menggunakan model yang dapat dikenal para ABG diseluruh dunia seperti bintang
olah raga. Atau juga dengan mengiklankan pada bentuk keseleruhan dari lintas
budaya tersebut. Seperti pepsi yang dalam satu iklan memperlihathkan aktivitas
ABG diseluruh dunia.
Demografis Global
Demografi melukiskan populasi dalam hubungannya pada
ukurannya, struktur, dan distribusi. Ukuran mengarah pada jumlah dari individu
dalam masyarakat. Struktur menggambarkan masyarakat dalam hubungan dari usia,
pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Distribusi melukiskan lokasi fisik dari
individu dalam hubungannya dari wilayah geografis dan pedesaan, pinggiran kota,
dan lokasi perkotaan. Secara garis besarnya, pemasar melihat serta menyesuaikan
keadan tiap negara sesuai dengan demografinya. Seperti contoh pada pendapatan
yang berbeda ditiap negara, pemasar meletakkan harga sesuai dengan kemampuan
negara tersebut dalam pembelian. Dan juga menempatkan iklan pada kecenderungan
usia, pendidikan, dan pekerjaan serta wilayah geografis yang menjadi tujuan
pemasaran.
Strategi Pemasaran Lintas Budaya
Yang menjadi kontroversi dalam hal ini adalah apa yang
menjadi standar terutama pada iklan. Standarisasi strategi bisa berakibat dalam
penghematan biaya pada pokoknya. Secara garis besar tidak digambarkan bagaimana
strategi pemasaran tersebut, tetapi dapat diambil kesimpulan bahwasanya pemasar
melihat apa yang menjadi perilaku konsumen, konsep budaya, serta apa yang
menjadi variasi dalam lintas budaya. Seperti yang dilakukan McDonald’s dimana
mengadaptasikan produk serta tata ruang tokonya dengan tepat pada beberapa
negara.
3. Penutup
Budaya terutama dijalankan oleh keadaan yang batasannya
cukup bebas pada perilaku individu dan oleh pengaruh fungsinya dari institusi
seperti keluarga dan media massa. Kemudian, budaya memberikan kerangka dalam
yang mana individu dan rumah tanga gaya hidup menyusun. Batasan dimana
perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang merupakan aturan sederhana
dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku dalam situasi yang spesifik.
Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai budaya adalah kepercayaan yang
dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan. Pelanggaran dari norma
budaya berakhir dengan sangsi yang merupakan hukuman dari pencelaan sosial yang
ringan untuk dibuang dari kelompok.
0 komentar :
Posting Komentar